Cinta Tanah Air
Judul: (Bangkitlah Indonesiaku)
Saya melangkahkan kaki ke sebuah tempat yaitu Anand
Krishna Centre di tengah hiruk pikuk jalan Sunset Road yang penuh dengan
modernisasi,sebuah pengalaman hidup karena telah mengikuti pembekalan dari
Jurnalistik SHINDU belum lama ini.
Tampak berbagai macam patung Dewa,arca Budha,patung
Bunda Maria dan hiasan lampion. Sebenarnya tempat apakah ini? Sebuah perasaan
berkecamuk dalam diri,sepertinya pergi ke sebuah tempat dengan nuansa
perdamaian yang menerima segala perbedaan.
“Rima mengapa kamu diam saja di pintu? Yuk masuk,
kita lihat apa yang ada di dalam”,ajak Bli Wayan Suardi pemimpin tim berkunjung
siang ini.
“Oh, ‘Nggih Bli. Ini Rima lagi lihat-lihat.
Tempatnya bagus,bersih dan tenang. Baru melihat dari luar saja sudah membuat
hati Rima tentram Bli!” jawab saya penuh semangat.
Segera saya memasuki tempat indah ini. Wah, tempat
yang sungguh luar biasa. Terdapat patung,arca,gambar tokoh-tokoh dari penjuru
agama dan lambang dari semua agama di dinding. Dari agama
Hindu,Islam,Nasrani,Budha,dan agama yang dianut di negeri Yahudi. Semuanya tertempel di dinding tepi altar dengan tampak belakang sebuah kain berwarna ganda, bendera kita Sang Merah Putih. Begitu melihatnya sungguh merasa bersemangat teringat cerita Sejarah yang diceritakan guru minggu lalu.
“Yu,kamu membawa brosur? Boleh saya lihat?” tanya
saya pada salah satu peserta.
“Oh ya kak Rima, ini ada penjelasan dari panitianya
juga”,ujarnya penuh senyum.
Rupanya ini adalah tempat untuk membangkitkan rasa
nasionalisme,memupuk rasa persatuan,cinta kasih,menghargai perbedaan
agama,memperdalam agama dan kepercayaan masing-masing insan,sekaligus terapi
penyembuhan untuk menyelaraskan jiwa dengan alam semesta, sehingga dapat
mengembangkan potensi dalam diri yang terpendam. Sungguh hal yang membuat diri
saya heran sekaligus takjub,hal yang jarang sekali terdengar di negeri ini.
“ Seandainya semua generasi muda Indonesia, kalangan
pemimpin yang sewenang-wenang pergi ke tempat ini maka Indonesia akan
benar-benar bangkit! Ya, jika ada 100 tempat serupa kemudian semua mendapat
pelatihan jadi negeri kita pasti damai”,bisik saya pelan.
“ Ada apa kak? Bicara sama siapa?” tanya Ayu yang
duduk di sampingku. Saya hanya menggeleng sambil tersenyum penuh arti.
“Salam Indonesia!”seru Mbak Debby yang menjadi
instruktur di AKC ini dengan semangat.
“Loh teman-teman kok diam? Kalau saya dan
kawan-kawan disini mengucapkan Salam Indonesia jawab dengan salam yang
sama,karena kita semua adalah orang Indonesia”,tambahnya lagi.
“Salam Indonesia!”
“Salam Indonesia!” jawab kami kompak.
Mbak Debby menjelaskan mengenai tempat ini yang
sempat saya baca di brosur. Ternyata tempat ini boleh dikunjungi oleh siapa
saja,tidak memandang latar belakang baik agama, suku maupun ras yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Hal yang terkadang sukar diterima oleh beberapa
kalangan di Indonesia sekarang.
“Baik teman-teman disini apakah ada pertanyaan
mengenai tempat ini?”tanya Mbak Debby.
Tak urung lagi saya pun segera mengangkat tangan,
“Om Swastyastu, perkenalkan saya Rima. Ada yang
ingin saya tanyakan mengenai patung,arca dan gambar dari seluruh kalangan agama
ini maksudnya apa? Terimakasih atas penjelasannya, Om Santih,Santih,Santih Om ”
“Om Swastyastu, baiklah Rima, mungkin saya dapat
sedikit terangkan bahwa patung,arca,gambar dan lambang suci tiap agama disini
berarti untuk mengingatkan bahwa kita makhluk ciptaan Tuhan dan mempunyai
derajat sama di mata Beliau. Menghormati simbol-simbol. Contohnya dari patung
Dewi Saraswati yang melambangkan ilmu pengetahuan,jadi kita dapat belajar terus
menerus selagi masanya. Gambar itu adalah beberapa dari pemuka agama atau guru
besar. Ada Yesus Kristus,Sidharta Gautama,Sai Baba dan yang lain. Semua
perbedaan sungguh indah apabila tumbuh dalam satu harmoni bukan? Dunia sungguh
damai bila hal itu dapat diwujudkan,sebagai generasi muda wajiblah mengamalkan
rasa cinta agama,cinta tanah air,cinta sesama,cinta alam semesta”, kata Mbak
Debby panjang lebar.
Panitia memberi pengarahan bahwa kita akan pergi ke
sebuah tempat yang bernama Secret Garden,sesuai tempatnya yang artinya rahasia.
Konon akan mendapat bisikan hingga relung jiwa. Kemudian kami semua disuruh
berdiri menghadap altar dengan bendera kebangsaan.
“Mari berdiri sambil menghormat ke bendera, karena
hari ini kita merayakan Hari Kebangkitan Nasional. Mari menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya untuk memperingatinya. Tapi harus kompak penuh
semangat.”
“ Baik!!!” sahut kami dengan lantang.
Indonesia Tanah Airku, tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku hiduplah negeriku, bangsaku
rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya,bangunlah badannya untuk Indonesia
Raya
Indonesia Raya merdeka merdeka, tanahku negeriku
yang kucinta
Indonesia Raya merdeka merdeka hiduplah Indonesia
Raya
Indonesia Raya merdeka merdeka, tanahku negeriku
yang kucinta
Indonesia Raya merdeka-merdeka
HIDUPLAH INDONESIA RAYA
Lagu yang sungguh luar biasa, teringat dengan cerita
perjuangan pahlawan hingga mengorbankan nyawa. Lagu perjuangan yang mungkin
saja bukan salah satu lagu favorit remaja,bukan lagu anak band yang sedang
menjadi trend. Setidaknya detik ini saya belajar. Belajar untuk menghargai jasa
pahlawan kita, meskipun dengan cara berdiri 1 jam untuk upacara setiap
Senin,menghapal Pembukaan UUD Negara RI 1945 yang belum juga saya kuasai,
bahkan berbagai cara sederhana yang dapat kita lakukan sebagai anak bangsa.
SECRET GARDEN
“Wah , bagus tempatnya Bli Wayan! Maklum saya dari
desa baru pertama kali ke kota sikapnya kampungan begini. Untung saja ikut
acara ini, benar-benar pengalaman yang bermanfaat untuk saya, Bli!” ajak saya
sambil tertawa. Sedangkan Bli Wayan tersenyum mengamati tingkah laku saya
layaknya anak kecil mendapat sebatang permen.
Sebelum masuk harus membunyikan bel seperti kuil di
India. Taman itu cukup luas dikelilingi tanaman dan gemericik air kolam
ditambah lagi lonceng angin yang berbunyi saat angin berhembus. Kami melepaskan
alas kaki dan duduk beralas tikar bambu.
Terlihat sebuah pratima Dewi Durgha bertangan
sepuluh yang menginjak kerbau melambangkan mengalahkan sifat keraksasaan/hewani
dan memunculkan sifat manusiawi dalam diri manusia. Ada kutipan dari berbagai
kitab suci seluruh agama di dunia. Menginginkan hal sama yaitu perdamaian namun
bahasanya saja berbeda.
Mbak Putu memberi pengarahan untuk menegakkan badan
sambil menenangkan diri, untuk bermeditasi.
Gemericik air kolam, suara lonceng angin dan angin
berhembus sepoi menambah khusuknya meditasi. Rasa lelah bahkan berbagai masalah
lenyap dengan sejuknya hati. Tapi sepertinya saya mendapat bisikan rahasia dari
alam semesta bahwa saya bersama seluruh generasi muda, harus mulai bergerak
untuk berbuat sesuatu bagi bangsa ini. Mengajegkan Bali. Memperbaiki jiwa-jiwa
yang telah tertarik ke dalam pusaran globalisasi. Menghapus citra Indonesia
yang sarat dengan terorisme, pertengkaran, kemudian meningkatkan kedisplinan
dan menghargai antar sesama dan agama.
Usai meditasi dan keluarnya kami dari Secret Garden
adalah akhir perjalanan seseorang dari pedalaman seperti saya. Namun perjalanan
sesungguhnya baru saja dimulai ditandai dengan lajunya bus menuju tempat nan
jauh di sana. Mungkin ini adalah sebuah mimpi,esok akan terbangun untuk
melakukan sesuatu untuk Indonesia ini, mewujudkan rasa nasionalisme dari hati
sanubari. Untuk Bali,Indonesia dan Bumi ini, sungguh saya akan datang lagi …
Nama: M.Nur
Rizki
Kelas: IX (C)/19
Kelas: IX (C)/19
0 komentar:
Posting Komentar